Memaknai Harta, Rezeki, Dunia

30 December 2017
UMROH SEMARANG – Sebagian dari kita bertanya, bagaimana cara memahami seseorang dimana ada orang kafir, munafik serta orang beriman, namun mengapa ada hal yang terjadi dimana orang kafir tersebut lebih kaya dari pada orang beriman. Hal tersebut cukup berbahaya apabila kita tidak bisa memahami kuasa Allah Azza Wa Jalla, terlebih lagi mereka yang masih awam dalam agama.
Dunia adalah sesuatu yang ada di bumi ini, antara lain jabatan, kekuasaan, harta yang mencakup properti, kendaraan dan barang berharga lainnya. Jadi Harta masuk dalam dunia. Sedangkan rezeki Allah khususkan kepada orang beriman, antara lain anak yang shaleh, pekerjaan yang halal, keluarga yang sakinah, sahabat yang beriman, makanan yang halal, istri/suami yang saleh dsb.
Jadi baik/tidaknya orang, masuk surga/nerakanya orang, di cintai Allah/ di murkai Allah itu bukan di ukur berdasarkan dari harta kekayaan orang tersebut. “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).
Lantas apa untungnya orang beriman apabila tidak di sandarkan oleh hal tersebut? toh jadi orang tidak baik juga akan kaya. Nah itu adalah statemen yang berbahaya, apabila orang yang kurang akan ilmu agama maka mereka akan mudah tergelincir dari hal-hal yang Allah larang dan setan berusaha memanfaatkan momen tersebut.
Orang beriman Allah berikan rezeki yang berkah, dan itu lebih luas dari harta dan dunia, dimana mereka akan memanen di akhirat yaitu surga, akan di selamatkan dari azab kubur serta api neraka, sedangkan di dunia mereka akan di beri kelimpahan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, rasa syukur, hati yang tenang.
Sama halnya buah, Allah memberi tau bahwa apel ini busuk jangan di makan, yang di umpamakan sebagai riba, maka orang beriman tidak mengambilnya namun ia mendapatkan sedikit apel. Sedangkan orang kafir serta fasik maka ia tetap mengambilnya, tak peduli busuk atau tidak, yangpenting banyak dan mereka sangat senang dengan quantity di banding kita yaitu kualitas.
Dampaknya apa yang terjadi? apel busuk itu di makan, anak, istri mereka sakit perut, berobat sana-sini, atau sama halnya hasil dari riba yang mereka dapatkan menjadi malapetaka, kerampokan, kecelakaan, penyakit kronis dsb. Dan mereka yang beriman sehat-sehat saja, hatinya juga dengan karena Allah cukupkan rezeki mereka.
Dan nikmat Allah sangat banyak, sampai detik ini. “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim:34)
Dan jangan lupa untuk bersyukur sebagaimana : “Jika engkau bersyukur, niscaya Kami benar-benar akan menambahimu”. [Ibrahim : 7]. Dan jangan khawatir tidak melakukan riba akan miskin, karena Allah sudah memberikan kita janji sebagaimana : “Allah menghapuskan riba dan menyuburkan shadaqoh”.[al Baqarah : 276].
Dan jangan khawatir akan di rebut rezekinya, karena rezeki tidak pernah salah sasaran sebagaimana : “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Semoga kita termasuk orang-orang yang di limpahkan rezeki yang Allah berkahi, rezeki yang Allah berikan sebagai tanda sayangnya Allah kepada kita, amin ya rabbal alamin.