3 Tingkatan Kualitas Seorang Muslim

11 February 2022
Umat Islam memiliki kewajiban melaksanakan ibadah wajib sesuai dengan ajaran dan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa ada tiga tingkat kualitas agama seseorang. Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Hal demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS. Fathir: 32).
Dari firman Allah SWT diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki kualitas agamanya sendiri-sendiri. Kualitas agama tersebut dibagi menjadi tiga golongan yakni, Abiqun bil khoirot dimana orang yang bersegera melakukan kebaikan, Muqtashid yakni, orang yang pertengahan dan dzolimun linafsih yakni, orang yang zalim kepada dirinya sendiri.
1. Sabiqun bil Khoirot
وهم الذين أدوا الواجبات، ومع ذلك عندهم نشاط ففعلوا المستحبات والنوافل، وتركوا المحرمات، وتركوا المكروهات كراهة تنزيه، وتركوا فضول المباحات خشية الوقوع في المحرمات،
“Mereka adalah orang-orang yang menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Bersamaan dengan hal itu, mereka juga semangat mengerjakan ibadah-ibadah yang sunah. Mereka tinggalkan segala yang haram dan makruh. Mereka tinggalkan juga perkara mubah yang berlebihan karena khawatir terjatuh kepada perkara yang haram.”
2. Muqtashid
وهو المؤمن المطيع الذي أدى الواجبات وترك المحرمات، لكن ليس عنده نشاط في فعل المستحبات والنوافل، وليس عنده نشاط في ترك المكروهات كراهة تنزيه وفضول المباحات، بل قد يتوسع في المباحات وقد يفعل المكروهات
“Dia adalah orang beriman yang taat; yang menunaikan kewajiban agama dan meninggalkan yang haram. Namun, dia tidak memiliki semangat dalam mengerjakan ibadah-ibadah yang sunah dan tidak semangat dalam meninggalkan perkara-perkara makruh. Bahkan terlalu longgar dalam perkara mubah atau terkadang melakukan perbuatan makruh.”
-
Dzolimun Linafsih
وهو المؤمن العاصي الذي أخل ببعض الواجبات أو فعل بعض المحرمات
“Dia adalah orang beriman, namun masih gemar bermaksiat, baik berupa melanggar sebagian kewajiban agama atau melakukan ha-hal yang dilarang.”
Oleh karena itu, yang paling tinggi derajatnya adalah kelompok sabiqun bil khoirot. Mereka menggabungkan antara perintah mengerjakan yang wajib dan sunah, dan perintah meninggalkan yang haram dan makruh. Kemudian yang paling rendah adalah kelompok dzolimun linafsih, yang merupakan kebalikan dari sabiqun bil khoirot. Dzolimun linafsih adalah orang-orang yang teledor dalam mengerjakan perintah. Amalannya tidak sempurna dalam menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sehingga mereka dengan mudahnya melakukan maksiat.
Terlepas dari tiga tingkatan di atas, ketiga kelompok ini adalah orang-orang beriman. Mereka hanya berbeda pada tingkat keimanan. Dalil yang menunjukkan bahwa mereka masih tergolong orang yang beriman, meski berada pada level yang bawah (dzolimun linafsih), adalah firman Allah Ta’ala pada QS. Fathir Ayat 32 yang berbunyi,
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”